Jumat, 20 Mei 2011

Inovasi untuk Pendidikan Dasar yang Lebih Baik

Seminar Internasional
Senin, 16 Mei 2011

Perubahan adalah suatu bentuk yang wajar terjadi, bahkan para filosof berpendapat bahwa tidak ada satu pun di dunia ini yang abadi kecuali perubahan. Hal yang sama juga terjadi dalam dunia pendidikan. Dari waktu ke waktu harus ada sebuah pembaharuan dalam hal pendidikan baik dari segi kurikulum, metode, dan penetapan materi pengajaran perlu disesuaikan dengan karakteristik siswa dan aspek lingkungan yang sangat mempengaruhi. Seperti yang ingin disampaikan pada seminar internasional (14/5) Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) yang bertemakan " Primary Education: Innovation for Better Future". Seminar yang diselenggarakan di Gedung Serba Guna (GSG) Gema Unesa Kampus Ketintang ini, menghadirkan para pembicara baik dari dalam maupun luar negeri, diantaranya Dr. M. Dwi Marianto, MFA (ISI Yogyakarta), Prof. Dr. Bunyamin Maftuh, M.Pd., MA. (SEAMEO), dan Annie Keuper-Makkink (The Netherland). Membicarakan pokok bahasan yang sama namun dari berbagai bidang studi berbeda, mereka sama-sama membahas tentang inovasi untuk pendidikan dasar.

Pembicara dari ISI Yogyakarta, Dr. M. Dwi Marianto, MFA,. membahas inovasi pengajaran seni dalam pendidikan primer. Menurutnya, inovasi adalah sesuatu yang baru atau yang mengusung perubahan. Ia menyoroti pola praktik pendidikan seni yang selama ini dilihatnya. Salah satunya yakni terlalu formalistik dan teoretikal, sementara mengabaikan komponen-komponen penting dalam berkreasi yaitu pengamatan empirik, rasa, dan imajinasi. Melihat permasalahan tersebut, perlu adanya suatu inovasi untuk pendidikan seni kepada anak-anak dengan mengenalkan keberagaman agar sejak awal peserta didik memiliki sikap apresiatif terhadap keberagaman. Berbeda dengan pembicara pertama yang membahas tuntas tentang pelajaran seni, Prof. Dr. Bunyamin Maftuh, M.Pd., MA. sebagai pembicara kedua menjelaskan tentang inovasi dalam pembelajaran sosial. Mempelajari tentang materi sosial, menurutnya peserta didik perlu memiliki kompetensi yang komperhensif, yang didalamya terdapat pengetahuan, sikap, nilai, skill, dan social action. Mencapai hal itu, yang paling penting adalah komitmen guru. Guru tidak hanya menjelaskan teori saja namun juga perlu ada simulasi secara nyata. Jadi tidak hanya memperkuat kognitif peserta didik, namun juga mentransfer konsep beserta aplikasinya. Dia mencontohkan tentang materi kerjasama, " Kerjasama, siswa tidak hanya tahu 'apa itu definisi kerjasama' tapi perlu diaplikasikan agar siswa mengerti dan memahami maksud dari kerjasama," begitu ujar pembicara dari SEAMEO itu.

Annie Makkink, pembicara terakhir asal Negara Kincir Angin dalam kesempatan ini membicarakan tentang arti penting mempelajari matematika. Menyampaikan dengan Bahasa Indonesia, Annie mengatakan bahwa matematika yang selama ini dikenal menakutkan bagi sebagian peserta didik, membuat guru pusing, dan orang tua bingung sebenarnya disebabkan pola pembelajaran yang kurang inovatif. Matematika menurutnya tidak hanya dihadapi di bidang pendidikan maupun saat bekerja saja, melainkan juga dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya manusia sangat erat kaitannya dengan matematika, misalnya dengan angka. Ia berpesan pada peserta seminar agar dapat membuat peserta didik senang belajar matematika.Perkembangan beragam model inovasi pembelajaran dalam matematika menurut wanita yang merasa Indonesia adalah negara keduanya ini, memiliki peran yang besar dalam upaya meningkatkan kualitas guru dan keberhasilan siswa dalam belajar matematika.

Seminar yang disertai sesi diskusi paralel ini bertujuan untuk memotivasi para praktisi pendidikan, khususnya guru Sekolah Dasar (SD) untuk berinovasi dalam proses belajar mengajar agar kedepannya lebih baik. Saat ditemui disela-sela acara, Neni Mariana, S.Pd., M.Sc., ketua pelaksana acara tersebut mengatakan bahwa pendidikan dasar merupakan pondasi bagi siswa, sehingga perlu adanya inovasi-inovasi baru dalam pembelajaran agar kedepannya bisa lebih baik, "Inovasi bisa berupa media pembelajaran untuk menarik minat siswa terhadap mata pelajaran tertentu. Dalam acara ini, diskusi paralel bertujuan untuk menjembatani antara peneliti dan praktisi," begitu ujar dosen PGSD ini. Diskusi paralel dibagi dalam beberapa ruang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan di SD, setiap peserta seminar berhak memilih salah satu ruangan yang sesuai dengan minat mereka. Diskusi paralel ini merupakan ajang untuk share terkait inovasi pembelajaran di tingkat SD, para peserta yang rata-rata adalah praktisi (guru dan mahasiswa, red) difasilitasi oleh beberapa peneliti beserta penelitiannya dalam setiap ruangan. Hasil nyata dari seminar internasional ini dapat dilihat dalam workshop (16-17/5) yang diadakan di Jurusan PGSD. [Putri Diyanti_Humas]


EmoticonEmoticon